TUGAS UTS - Bagus Aulia Irhab - 43040190025
Menyusun sebuah usaha memang tidak mudah. Butuh waktu yang tidak sebentar bahkan cenderung bertahun-tahun untuk bisa menjadikan usaha yang dirintis menjadi usaha yang jauh lebih besar dan berkembang, dan tentunya juga memerlukan usaha yang keras dan sungguh-sungguh. Sama seperti usaha keluarga yang kami geluti saat ini.
Terdapat tiga cabang usaha yang keluarga kami jalankan saat ini, dan satu usaha yang sudah lama vakum atau tidak kami lakukan. Usaha keluarga mulai kami rintis sekitar awal tahun 1900-an, yang dimana usaha pertama kami adalah Toko Pertanian yang dirintis oleh kakek dan nenek saya. Usaha pertanian ini berfokus pada distribusi dan penjualan kebutuhan pertanian seperti Pupuk, obat-obatan, dan insektisida. Selain kebutuhan pertanian, toko ini juga menyediakan bahan bakar untuk memasak yang dimasa itu adalah Minyak Tanah, dengan kata lain selain toko pertanian terdapat juga usaha agen minyak tanah. Usaha ini berlanjut hingga sekitaran tahun 2009-an. Usaha ini berakhir karena nenek sudah mulai lanjut usia, sedangkan kakek meninggal pada tahun 1990-an.
Pada tahun 1999, tepatnya ditahun setelah orang tua saya menikah, mereka mulai merintis usaha pertama mereka, yaitu Kantor Jasa Percetakan. Pada tahun tersebut, usaha percetakan dan sablon memang cukup menguntungkan, mengingat kemampuan menyamblon tidak semua orang bisa melakukannya. Pada awalnya usaha hanya berfokus pada percetakan undangan (pernikahan dan acara lainnya) dan pencetakan kartu nama yang masih menggunakan metode sablon. Pada sekitaran tahun 2003, percetakan ini mulai menjalankan Kerjasama dengan percetakan lain sehingga mampu menghasilkan hasil cetakan yang dicetak menggunakan mesin cetak, dan di tahun ini juga perusahaan ini mulai memiliki 1 orang pegawai. Semakin lama, produk yang dihasilkan bukan hanya sebatas undangan dan kartu nama atau produk sablon saja, namun usaha ini sudah mampu mencetak buku tulis dan juga lembar soal yang dipesan khusus oleh beberapa sekolah di kota kami.
Pada tahun 2006, orang tua kami mulai mengembangkan usaha kedua yaitu berjualan pulsa, kartu perdana, dan sedikit aksesories handphone. Tempat usaha ini masih menjadi satu dengan usaha percetakan yang dirintis pertama kali.
Tahun 2007, pemerintah mengeluarkan keputusan peralihan energi untuk memasak yang sebelumnya menggunakan minyak tanah menjadi mengunakan gas elpiji, toko pertanian kami yang awalnya menjual minyak tanah, kini pun beralih menjual gas LPG. Pada tahun ini berarti usaha ketiga yaitu pangkalan Gas LPG dimulai seiring dengan berakhirnya pangkalan Minyak Tanah kami. Ketika usaha pertanian berhenti pada tahun 2009, Pangkalan LPG pun dipindahkan ke Kantor Percetakan dan diambil alih oleh bapak kami. sehingga pada tahun ini, terdapat tiga usaha yang dijalankan dalam satu tempat. Meskipun sebenarnya gas LPG ini tidak dijual di Kantor percetakan saja, karena semakin banyak inventaris tabung yang kami miliki, kami pun menyuplai gas-gas ini ke warung-warung di sekitar kampung kami.
Pada tahun 2017-an, muncul sebuah aplikasi pembayaran online atau yang sekarang kita kenal dengan Kios Pembayaran online, bapak kami memikirkan untuk beralih usaha yang tadinya menjual pulsa saja, beralih untuk membangun kios permbayaran online. Hal itu dilakukan karena bapak kami melihat peluang bisnis yang lebih besar. Walaupun sama-sama bisa menjual pulsa, namun Kios Pembayaran Online juga mampu melayani pembayaran lainnya seperti pembayaran rekening listrik, PDAM, pengisian pulsa, bahkan membeli tiket pesawat dan kereta pun dapat dilakukan. Sehingga terpikirkan untuk mengakhiri usaha konter dan beralih ke Kios Pembayaran Online. Hal inipun bisa dirasakan manfaatnya pada tahun-tahun berikutnya, karena semakin banyak orang yang berminat untuk membayar tagihan bulanan mereka di Kios kami daripada ke kantor PLN atau PDAM langsung yang tentunya memakan biaya dan juga waktu yang tidak sedikit. Dan semua usaha itu masih berlangsung hingga saat ini, dan dari usaha-usaha ini keluarga kami mampu mencukupi kebutuhan kami sehari-hari.
Dampak yang dapat kami sekeluarga rasakan dari hasil perjuangan orang tua kami yaitu pada tahun 2009, bapak kami mampu membeli sebuah motor pria yang beliau idam-idamkan, yaitu Suzuki Thunder tahun 2008. Meskipun kami sudah bisa dibilang sukses, namun pemasukan kami saat itu masih bisa dibilang pas-pasan, bahkan masih kerap berhutang untuk memenuhi kebutuhan kami. Seperti pada tahun 2013 saat anak pertama masuk ke Pondok Pesantren, ayah kami harus berhutang dan mengambil sedikit tabungan untuk membayar uang masuk sekolah. Bahkan pada hari masuknya anak pertama ke Pondok Pesantren, ayah harus meminjam mobil ke temannya untuk membawa barang-barang anak pertama ke Pondok. Masih teringat waktu itu, karena uang yang kami miliki belum banyak, anak pertama hanya mendapatkan uang saku sebesar Rp. 25.000 di bulan pertama sekolahnya.
Kehidupan kami mulai membaik pada akhir tahun 2013, saat itu percetakan kami mendapatkan tender dan bekerja sama dengan sebuah rumah sakit di kota kami untuk memenuhi kebutuhan Blangko, Map, dan segala sesuatu berupa cetakan yang dibutuhkan rumah sakit. Dengan dimulainya Kerjasama ini, kehidupan kami mulai membaik. Akhir 2013 kami mampu membeli sebuah mobil pertama kami, yang dimana mobil tersebut masih kami gunakan sampai saat ini.
Kerjasama ini terus berlangsung dan bahkan pesanan yang harus kami kerjakan semakin bertambah banyak, hingga pada tahun 2019 kami mampu memutuskan untuk membeli rumah keluarga yang kami tempati saat ini. Bahkan kami juga mampu merenovasi rumah tersebut dan juga merenovasi tempat usaha pada tahun 2017-an.
Pada tahun 2015 anak kedua mereka menyusul masuk ke pondok pesantren seperti kakaknya. Dan tepat pada tahun 2019, setelah 6 tahun menuntut ilmu di pesantren, anak pertama mereka lulus, dan beruntungnya ia diterima di sebuah perguruan islam negeri di Kota Salatiga melalui jalur seleksi Nilai. Hal inipun semakin menambah kebahagiaan keluarga kami.
Namun, usaha kami mulai agak merasakan kesulitan pada tahun 2020 awal sampai 2021 pertengahan, yang dimana pada tahun tersebut sedang mewabah virus COVID-19. Pesanan di percetakan turun drastis, akibat dampak covid orang-orang tidak mengadakan hajatan sehingga tidak ada kegiatan mencetak buku yasin atau undangan atau pesanan souvenir. Begitu pula dengan pesanan rumah sakit, banyak orang yang takut untuk melakukan kunjungan ke rumah sakit sehingga blagko, map, dan buku-buku yang biasanya habis dalam waktu hitungan hari, saat itu baru habis dalam hitungan minggu. Sehingga pesanan dan omzet perusahaan turun drastis. Kendati demikian, disaat perusahaan lain melakukan PHK untuk menjaga siklus keuangan perusahaan mereka tetap aman, usaha kami tetap berusaha mempertahankan 3 karyawan kami. Walaupun harus menguras habis tabungan dan juga memgurangi sedikit gaji karyawan, namun alhamdulillah usaha kami dapat tetap bertahan.
Hingga pada tahun 2021 akhir, usaha kami mulai bisa bangkit dan mulai Kembali bekerja seperti sediakala. Hal ini terjadi karena pesanan dari rumah sakit mulai meningkat signifikan dan juga orang-orang mulai berani untuk Kembali mengadakan hajatan baik yasinan maupun pernikahan, sehingga pesanan undangan, buku yasiin, dan souvenir pun Kembali meningkat.
Begitulah sedikit cerita usaha keluarga yang kami rintis dari sejak kakek-nenek kami hingga kedua orang tua kami yang menjalankan, kami menyadari usaha ini tidak berhasil dalam waktu yang singkat, dan juga masih belum bisa dikatakan usaha yang besar. Namun kami bertekad untuk tetap menjaga dan mengembangkan lagi usaha kami agar bisa menjadi usaha yang lebih baik dan lebih menghidupi kehidupan kami
Komentar
Posting Komentar