Gethuk Singkong Goreng Rasa Durian
LAPORAN HASIL USAHA SINGKONG RASA DURIAN
Disususn guna memenuhi Tugas Mata Kuliah Kewirausahaan
Dosen Pengampu : Bapak Turjangun
Disusun Oleh :
Hastuti Ningtyas 33030180098
Amaliyah Nur Hidayatul 33030180102
Irma Ziadatul Maftuchah 33030180104
Raffi Dimas Sanjaya 33030180109
HUKUM TATA NEGARA
FAKULTAS SYARI’AH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI ( IAIN ) SALATIGA
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmatnya kepada kita semua, dan dengan rahmatnya pula kami dapat menyelesaikan makalah ini sebagai salah satu tugas mata kuliah Kewirausahaan dengan baik dan tepat pada waktunya. Makalah ini kami susun berdasarkan referensi-referensi yang kami dapatkan baik dari buku pelajaran maupun internet.
Makalah ini berisi materi tentang bagaimana produksi singkong rasa durian dan pemasarannya yang kami susun dengan semaksimal mungkin dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami ucapkan terima kasih.
kami akui masih banyak kekurangan dalam makalah ini, oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun, khususnya dari dosen mata kuliah Kewirausahaan dan teman-teman untuk menjadi acuan dalam bekal pengalaman bagi kami maupun yang lainnya untuk lebih baik dimasa yang akan datang.
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kewirausahaan merupakan kemampuan kreatif dan inovatif yang dijadikan dasar, kiat, dan sumber daya untuk mencari peluang menuju sukses. Inovasi yang dilakukan yang tentu saja berbeda dapat dijadikan sebagai nilai tambah bagi barang dan jasa yang menjadi sumber keunggulan. Jadi, kewirausahaan adalah suatu kemampuan dalam menciptakan nilai tambah di pasar melalui proses pengelolaan sumber daya dengan berbagai cara yang baru dan berbeda.
Kemudian kegiatan yang dilakukan dalam kewirausahaan salah satunya adalah pemasaran. Ada begitu banyak sesuatu yang dapat di pasarkan dalam kegiatan ini yang akan dibahas oleh kelompok kami adalah pembuatan dan pemasaran getuk goreng. Salah satu makanan tradisional yang sederhana tetapi sangat cocok dijadikan cemilan yang bernilai istimewa. Untuk memodifikasi makanan tradisional menjadi modern sangat sederhana serta pembuatan makanan yang satu ini dibuat dengan mudah serta higienis dan dijual dengan harga yang terjangkau sehingga semua kalangan bias menikmati.
Getuk adalah makanan tradisional khas Indonesia memiliki rasa yang enak serta mengandung nutrisi. Makanan yang tidak lekang oleh jaman dari masa kemasa. Oleh karenanya bisnis makanan ini sangat layak untuk dikembangkan dengan tampilan modern sehingga dapat menjadi alternative bisnis di Indonesia. Maka dari itu karena potensi tersebut kami mencoba membuat getuk goring dengan modifikasi nama menjadi getuk goreng original dan getuk goreng durian.
Rumusan Masalah
1. Bagaimana cara petani singkong dalam bertani singkong ?
2. Bagaimana cara pengelolaan singkong menjadi getuk goreng rasa durian ?
3. Bagaimana cara pemasaran produk getuk goreng rasa durian ?
Tujuan
1. Untuk mengetahui bagaimana cara petani singkong dalam bertani singkong.
2. Untuk mengetahui cara pengelolaan getuk goreng rasa durian.
3. Untuk mengetahui bagaimana cara pemasaran produk getuk goreng rasa durian.
BAB II
PEMBAHASAN
Pengertian Singkong dan Cara Pengolahannya
Singkong adalah nama lokal di kawasan Jawa Barat untuk tanaman ini. Nama "ubikayu" dan "ketela pohon" dipakai dalam bahasa Melayu secara luas. Nama "ketela" secara etimologi berasal dari kata "castilla", karena tanaman ini dibawa oleh orang Portugis dan Castilla (Spanyol). Dalam bahasa lokal, bahasa Jawa menyebutnya pohung, bahasa Sangihebungkahe, bahasa Tolitoli dan Gorontalo kasubi, dan bahasa Sunda sampeu.
singkong (Manihot esculenta), ketela Pohon, Ubi kayu adalah perdu tahunan tropika dan subtropika dari suku Euphorbiaceae. Umbinya dikenal luas sebagai makanan pokok penghasil karbohidrat dan daunnya sebagai sayuran. Tinggi pohon singkong bisa mencapai hingga 7 meter dengan cabang agak jarang. Akar tunggang dengan sejumlah akar cabang yang kemudian membesar menjadi umbi akar yang dapat dimakan. Ukuran umbi rata-rata bergaris tengah 2–3 cm dan panjang 50–80 cm, tergantung dari klon/kultivar. Bagian dalam umbinya berwarna putih atau kekuning-kuningan. Umbi singkong tidak tahan simpan meskipun ditempatkan di lemari pendingin. Gejala kerusakan ditandai dengan keluarnya warna biru gelap akibat terbentuknya asam sianida yang bersifat meracun bagi manusia. Umbi ketela pohon / singkong merupakan sumber energi yang kaya karbohidrat namun sangat miskin protein. Sumber protein yang bagus justru terdapat pada daun singkong karena mengandung asam amino metionina.
Singkong ditanam secara komersial di wilayah Indonesia (waktu itu Hindia Belanda) pada sekitar tahun 1810, setelah sebelumnya diperkenalkan oleh orang Portugis pada abad ke-16 dari Brasil. Menurut Haryono Rinardi dalam Politik Singkong Zaman Kolonial, singkong masuk ke Indonesia dibawa oleh Portugis ke Maluku sekitar abad ke-16. Tanaman ini dapat dipanen sesuai kebutuhan, Sifat itulah yang menyebabkan tanaman ubi kayu sering kali disebut sebagai gudang persediaan di bawah tanah.Butuh waktu lama singkong menyebar ke daerah lain, terutama ke Pulau Jawa. Diperkirakan singkong kali pertama diperkenalkan di suatu kabupaten di Jawa Timur pada 1852. “Bupatinya sebagai seorang pegawai negeri harus memberikan contoh dan bertindak sebagai pelopor. Kalau tidak, rakyat tidak akan memercayainya sama sekali,” tulis Pieter Creutzberg dan J.T.M. van Laanen dalam Sejarah Statistik Ekonomi Indonesia. Namun hingga 1876, sebagaimana dicatat H.J. van Swieten, kontrolir di Trenggalek, dalam buku De Zoete Cassave (Jatropha janipha) yang terbit 1875, singkong kurang dikenal atau tidak ada sama sekali di beberapa bagian Pulau Jawa, tetapi ditanam besar-besaran di bagian lain. “Bagaimanapun juga, singkong saat ini mempunyai arti yang lebih besar dalam susunan makanan penduduk dibandingkan dengan setengah abad yang lalu,” tulisnya, sebagaimana dikutip Creutzberg dan van Laanen. Sampai sekitar tahun 1875, konsumsi singkong di Jawa masih rendah. Baru pada permulaan abad ke-20, konsumsinya meningkat pesat. Pembudidayaannya juga meluas. Terlebih rakyat diminta memperluas tanaman singkong mereka.
Cara Pengolahan Singkong
Umbi singkong dapat dimakan mentah. Kandungan utamanya adalah pati dengan sedikit glukosa sehingga rasanya sedikit manis. Pada keadaan tertentu, terutama bila teroksidasi, akan terbentuk glukosida racun yang selanjutnya membentuk asam sianida (HCN). Sianida ini akan memberikan rasa pahit. Umbi yang rasanya manis menghasilkan paling sedikit 20 mg HCN per kilogram umbi segar, dan 50 kali lebih banyak pada umbi yang rasanya pahit. Proses pemasakan dapat secara efektif menurunkan kadar racun. Pati umbinya dapat dibuat tepung tapioka (kanji). Atau dapat dimasak dengan berbagai cara, singkong banyak digunakan pada berbagai macam masakan. Direbus untuk menggantikan kentang, dan pelengkap masakan. Tepung singkong dapat digunakan untuk mengganti tepung gandum, cocok untuk pengidap alergi gluten.
Dalam budidaya singkong, cara penanamannya dilakukan dengan meruncingkan ujung bawah stek singkong kemudian tanamkan sedalam 5-10 cm atau kurang lebih sepertiga bagian stek tertimbun tanah. Bila tanahnya keras/berat dan berair/lembab, stek ditanam dangkal saja.
Hasil Wawancara
Hasil wawancara dengan petani singkong yang dilakukan oleh kelompok kami kepada Mba Dwi sebagai perwakilan dari Pak Mukimin adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana awal mula bertani singkong ?
Awal mula bertani singkong adalah karena adanya lahan kosong tetapi tidak digunakan untuk bercocok tanam, sedangkan di daerah tersebut agak kering sehingga alternatifnya adalah bertani singkong.
2. Keluh kesah saat bertani singkong ?
Sangat disayangkan ketika harga singkong sedang turun 1 kg hanya di hargai seribu rupiah dan kebanyakan petani ketika sedang keadaan seperti itu adalah digunakan untuk pakan sapi.
3. Kemana pemasaran Singkong ?
Kebanyakan petani disana tidak memasarkan langsung atau sendiri kepasar tetapi sudah di booking orang yang membuat makanan ringan atau berat dengan bahan utama singkong.
Analisis Usaha
1. Profil Usaha
Produk yang kami buat adalah “Getuk Goreng Rasa Durian” yang bahan utamanya adalah singkong yang kami proses sehingga menjadi getuk.
2. Keunggulan Produk
Produk yang kami buat enak dan harga sangat terjangkau sehingga laku di pasaran.
3. Bahan dan Alat Produksi
Bagian dari proses pembuatan getuk ini adalah bahan dan alat yang diperlukan dalam proses pembuatan adalah sebagai berikut:
Bahan-bahan :
1 kg singkong
250 gr gula merah
Garam secukupnya
Perisa durian secukupnya
Minyak goreng
Peralatan :
Baskom
Atau alat untuk menghaluskan
Pisau
Wajan
Panci
Serok
Sendok
Streples
Mika pembungkus
Cara membuat :
Kukus singkong yang telah dikupas hingga empuk dan matang sempurna.
Kemudian tumbuk singkong dengan alat tumbuk hingga halus.
Campurna gula merah yang telah dihaluskan dan garam secukupnya kedalam adonan singkong, aduk hingga semua tercampur rata.
Kemudian ketika sudah tercampur rata, bentuk adonan dengan tangan hingga berbentuk bola-bola kecil sesuai selera.
Jika sudah selesai, lalu goring semua adonan getuk hingga matang dan berwarna kuning keemasan.
Kemudian tiriskan hingga benar-benar dingin, lalu getuk goring bias langsung di masukkan kedalam mika dan siap di jual.
4. Harga perbungkus
Harga yang kami patok untuk satu mika getuk goreng durian adalah Rp. 5.000 harga yang sangat terjangkau dikalangan masyarakat.
5. Promosi
Yang kami lakukan dalam hal pemasaran produk ini adalah mendatangi langsung konsumen dengan dating kerumah atau sistem cash on delivery sehingga pemasaran bias lebih cepat dan efisien.
Harga Pokok Produksi dan Harga Distributor
Harga Pokok Produksi
Singkong 1kg : Rp. 5.000
Minyak Goreng ½ kg : Rp. 8.500
Gula Jawa ½ kg : Rp. 10.000
Vanilli :Rp. 2.500 (3 bungkus tpi kami hanya menggunakan 1 bungkus)
Perasa Durian : Rp. 5.000
Mika : Rp. 2.500
Jumlah : 33.500
Harga Distributor ( Penjualan )
Untuk harga penjualannya kami patok dengan harga 5.000/ bungkusnya. Dari hasil produksi singkong 1kg menjadi gethuk goreng rasa durian dapat menghasilkan 10 bungkus mika, jadi laba kotor nya Rp. 50.000 dan laba bersihnya Rp. 16.500
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan analisis dan pembahasan di atas, maka dapat ditarik kesimpulan yang telah di gambarkan dalam makalah ini adalah produk yang dibuat dapat diterima oleh masyarakat secara umum, dan sebaiknya kita perlu mengetahui beberapa poin sebagai berikut :
Membuat produk yang baik dan berkualitas, mempunyai daya jual tinggi, dan memiliki manfaat serta memiliki harga yang dapat bersaing di pasaran.
Membuat design atau cover pembungkus yang inovatif serta kreatif dan mematok harga yang terjangkau.
Mampu membuat sebuah produk dengan cepat dan bias bertahan lama (paling lama 3 hari)
Kemudian yang terakhir adalah menentukan daerah pemasaran yang strategis sehingga bisa menghasilkan keuntungan.
Komentar
Posting Komentar