Singkong Durian Kelompok 1 (KWU-HTN E)
“SINGKONG
DURIAN PRODUKSI MAHASISWA IAIN SALATIGA”
Digunakan
untuk memenuhi tugas mata kuliah Kewirausahaan
Dosen
Pengampu : Turjangun
Disusun
oleh :
Husni
Maulana 33030190001
Astuti
Dinda Safira 33030190014
Galih
Wicaksono 33030190034
Ahbarina
Novia Rahma 33030190185
HUKUM TATA NEGARA
FAKULTAS SYARIAH
INSTITUT AGAMA ISLAM
NEGERI (IAIN) SALATIGA
2021/2022
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum
Warahmatullahi Wabarakatuh.
Puji
syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat, nikmat, dan hidayah-Nya sehingga kami
dapat menyusun makalah ini untuk memenuhi tugas mata kuliah Kewirausahaan yang diampu oleh
Bapak Turjangun. Kami yakin bahwa makalah
ini masih jauh dari kesempurnaan. Hal ini karena keterbatasan pengetahuan kami,
oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran untuk menyempurnakan makalah
ini.
Akhir
kata kami meminta maaf atas kesalahan serta kekhilafan dan juga banyaknya
kekurangan penulisan dalam makalah ini. Kami berharap semoga makalah ini bisa
bermanfaat bagi semua pihak. Semoga Allah SWT memberikan petunjuk serta
rahmat-Nya kepada kita semua.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabaraka
DAFTAR ISI
Kata Pengantar...................................................................................................................................... i
BAB
I: Pendahuluan
A.
Latar Belakang............................................................................................................................... 1
B.
Rumusan Masalah.......................................................................................................................... 1
C.
Tujuan Penulisan ........................................................................................................................... 2
BAB II: Pembahasan
A. Indonesia
Sebagai Negara Agraris ................................................................................................ 3
B.
Cara Menanam
(Membudidayakan) Singkong.............................................................................. 4
C. Cara
Mengelola Singkong Menjadi Produk Rumahan................................................................... 5
BAB III: Penutup
A. Simpulan......................................................................................................................................... 7
B. Saran .............................................................................................................................................. 7
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Negara
Kesatuan Republik Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan yang bersifat
maritim sekaligus agraris12.
Sebagai salah satu negara kepulauan maritim, Indonesia tentunya memiliki
wilayah laut yang luas dengan potensi sumber daya alam yang berlimpah. Hal yang
sama pun berlaku pada status negara kepulauan agraris, Indonesia memiliki
wilayah pertanian dengan potensi sumber daya alam pertanian yang jumlahnya
tidak kalah berlimpah dari sumber daya alam kelautan. Dalam tulisan ini, penulis
hanya akan membahas mengenai potensi sumber daya alam pertanian yang dimiliki
oleh Indonesia. Lebih lanjut, adapun subjek sumber daya alam pertanian yang
akan dibahas secara spesifik adalah singkong (yang biasa disebut dengan ketela
atau umbi kayu).
Pembahasan
potensi sumber daya singkong dalam pertanian Indonesia, akan dibahas melalui
pemanfaatan singkong melalui inovasi yang diciptakan oleh mahasiswa dengan
produk singkong durian olahan rumah (home made). Tulisan ini akan menggunakan
metode penelitian deskriptif analitis, dengan pendekatan studi kepustakaan dan
juga penelitian (dengan menggunakan metode wawancara) dengan narasumber ahli
dalam inovasi pengelolaan singkong durian. Tulisan ini diharapkan mampu untuk
memberikan gambaran yang nyata mengenai potensi yang dimiliki oleh Indonesia.
Selain itu, tulisan ini diharapkan mampu untuk membantu meningkatkan harga jual
produk olahan singkong rumahan sebagai salah satu upaya mendorong perbaikan
situasi dan kondisi UMKM (Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah) Indonesia.
B. Rumusan
Masalah
1. Apa
yang menyebabkan Indonesia menjadi negara agraris ?
2. Bagaimana
cara menanam singkong yang benar ?
3. Bagaimana
cara mengelola singkong menjadi produk rumahan yang bernilai ekonomis tinggi ?
C. Tujuan
Penulisan
1. Tulisan
ini digunakan dalam rangka memenuhi tugas terstruktur mata kuliah Kewirausahaan.
2. Tulisan
ini digunakan untuk menjelaskan alasan mengapa Indonesia bisa disebut sebagai
negara agraris.
3. Tulisan
ini digunakan untuk memberikan pemahaman terkait bagaimana cara menanam
(membudidayakan) singkong yang benar.
4. Tulisan ini digunakan untuk memberikan pemahaman yang benar terkait pengelolaan singkong sebagai produk olahan rumahan yang bernilai ekonomis tinggi.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Indonesia
Sebagai Negara Agraris
Negara
Kesatuan Republik Indonesia merupakan negara yang berada di benua Asia,
tepatnya Asia Tenggara. Selain itu, Indonesia terletak di antara dua benua
(benua Asia dan Australia) dan dua samudera (Samudera Hindia dan Samudera
Pasifik) dengan letak astronomis 6° LU (Lintang Utara) – 11° LS (Lintang
Selatan) dan 95° BT (Bujur Timur) – 141° BT (Bujur Timur). Dengan bentang
geografis yang demikian, Indonesia memiliki kondisi iklim tropis. Kondisi iklim
tropis ini tentu menguntungkan Indonesia. Sebagai negara iklim tropis dengan wilayah
yang luas, tentu Indonesia memiliki berbagai macam hasil sumber daya pertanian.
Adapun hasil sumber daya pertanian Indonesia berupa singkong (ubi kayu) setiap tahunnya
mengalami perubahan yang cukup fluktuatif. Produksi singkong (ubi kayu)
nasional pada tahun 2010 adalah 23.918.118,00 ton, pada tahun 2011 mengalami
kenaikan menjadi 24.044.025,00 ton dan kembali mengalami kenaikan pada tahun
2012 menjadi 24.117.372,00 ton3.
Sedangkan pada tahun 2013, produksi singkong (umbi kayu) nasional mengalami
penurunan menjadi 23.936.922,00 ton, pada 2014 produksi singkong nasional
kembali turun menjadi 23.436.384,00 ton dan pada tahun 2015 kembali mengalami
penurunan hingga menjadi 21.801.415,00 ton4.
Penurunan
yang demikian, tentu tidak terlepas dari berkurangnya luas lahan pertanian yang
ada di Indonesia. Hal ini pun berdampak terhadap pengurangan luas panen ubi
kayu (singkong) di Indonesia. Berdasarkan data yang dirilis oleh Badan Pusat
Statistika (BPS), pada tahun 2014 luas panen ubi kayu nasional berada di angka 1.003.494
hektar, kemudian pada tahun berikutnya luas panen mengalami penurunan menjadi
949.916, dan pada 2016 luas panen kembali mengalami penurunan menjadi 822.743,9
hektar dan pada 2017 luas panen ubi kayu nasional berada diangka 772.975 hektar5. Berdasarkan data
tersebut, maka dapat dipahami bahwa meskipun Indonesia merupakan negara
kepulauan yang agraris dengan sumber daya alam yang beragam namun hal ini tidak
ditunjang dengan luas wilayah pertanian yang ada di Indonesia. Sebaliknya, luas
wilayah pertanian di Indonesia terus mengalami penurunan setiap tahunnya. Hal
ini tentu berpotensi menimbulkan gangguan pada sektor ketahanan pangan nasional
yang berujung pada instabilitas perekonomian nasional.
B. Cara
Menanam (Membudidayakan) Singkong
Singkong
atau ubi kayu pada dasarnya merupakan salah satu tanaman pangan yang mudah
dibudidayakan. Mengutip dari buku “Pedoman Budi Daya Ubi Kayu di Indonesia” terbitan
Indonesian Agency For Agricultural Research and Development (IAARD) Press tahun
2016, berikut beberapa hal yang perlu diperhatikan saat melakukan budidaya
singkong atau ubi kayu :6
1. Ada
beberapa hal yang harus diperhatikan, dalam rangka optimalisasi pertumbuhan ubi
kayu. Beberapa hal tersebut, meliputi ketinggian lahan budidaya (100 - 700 MDPL), curah hujan (760
- 1.015 mm/tahun), suhu udara (18 - 35°C), kelembaban udara 60 - 65%, lama
penyinaran matahari (10 jam/hari), pH (tingkat keasaman) tanah (4.5 – 8.0).
2. Memperhatikan
umur dari batang yang akan ditanam. Sebagaimana yang kita ketahui bersama bahwa
ubi kayu (singkong) secara vegetatif dibudidayakan dengan cara stek batang.
Adapun batang yang baik (yang tumbuh optimal), diperoleh dari tanaman yang
berusia 8 hingga 12 bulan (bagian pangkal hingga tengah batang), dengan ukuran
panjang stek 20 hingga 25 cm (atau sekitar 10 hingga 12 mata tunas) dan
berdiameter 2 hingga 3 cm.
3. Memperhatikan
teknik menanam. Adapun curah hujan yang mendukung optimalisasi pada masa tanam
setidaknya 35mm/10 hari. Adapun cara menanam yang benar adalah posisi tegak
(minimal membentuk sudut 60° dengan tanah) dengan kedalaman 5 hingga 15 cm
(tergantung kelembaban tanah). Pada lahan kering, stek ubi kayu dianjurkan
ditanam lebih dalam. Adapun pada lahan basah, dianjurkan untuk tidak terlalu
dalam karena berpotensi membuat busuk batang.
4. Pada
sistem tanam monokultur, jarak tanam yang dianjurkan adalah 100 cm × 100 cm.
Dengan catatan, jarak tanam akan dirapatkan pada lahan yang kurang subur.
5. Pada
sistem tanam tumpang sari, populasi ubi kayu yang optimal adalah 10.000
tanaman/ha atau jarak tanam 100 cm × 100 cm. Penanaman ubi kayu dengan sistem tumpang
sari yang tepat adalah ketika tanaman lain sudah berusia 20 hari setelah
ditanam. Pada sistem tumpang sari baris ganda, jarak tanam ubi kayu yang
dianjurkan adalah 260 cm antar baris ganda dan 60 cm × 70 cm pada baris ganda. Pada sistem tumpang sari dengan tanaman
tahunan, maka jarak tanam yang optimal adalah 100 cm × 80 cm.
C. Cara
Mengelola Singkong Menjadi Produk Rumahan
Sebagai
salah satu sumber daya hasil pertanian Indonesia, pengelolaan singkong menjadi
berbagai macam bentuk olahan makanan tentu tidak asing lagi bagi masyarakat
Indonesia. Pengelolaan singkong menjadi bahan olahan makanan, pada dasarnya
dapat dilakukan oleh siapapun tanpa terkecuali. Kemudahan inilah yang membuat
industri pengelolaan singkong sebagai salah jenis industri yang sangat mudah
ditemui di berbagai penjuru negeri. Salah satu bentuk olahan singkong tersebut
adalah singkong hasil olahan kami, yakni singkong durian. Adapun bahan, teknik pengolahan,
total biaya produksi serta teknik pemasaran adalah sebagai berikut :
1.
Bahan :
ü 3 kg singkong
ü Bubuk balado
ü Bubuk durian
ü ½ kg Minyak goreng
2.
Teknik pengolahan
:
ü Cuci bersih singkong yang telah dikupas
ü Iris tipis-tipis singkong yang telah dicuci
ü Siapkan air rendaman menggunakan air bersih
secukupnya.
ü Masukkan irisan singkong kedalam air rendaman.
ü Tiriskan terlebih dahulu irisan singkong yang sudah
direndam.
ü Siapkan minyak , lalu masukkan irisan singkong yang
sudah ditiriskan.
ü Setelah digoreng, ditiriskan lagi agar mengurangi minyak yang ada pada singkong tersebut.
ü Siapkan bumbu-bumbu perasanya ( balado dan durian )
ü Campurkan bumbu tersebut dengan irisan singkong yang
telah digoreng.
ü Masukkan kripik-kripik singkong yang sudah diberi perasa
ke dalam plastik kemasan.
ü Kemudian timbang kemasan-kemasan tersebut agar
beratnya sama.
3.
Total biaya
produksi :
Bahan |
Harga |
3 kg Singkong @2.500 |
7.500 |
Bubuk balado & durian |
3.000 |
½ kg minyak goreng |
9.000 |
5 Plastik @200 |
1.000 |
Total |
20.500 |
ü 1 kg keripiknya bisa jadi 5 bungkus , dan perbungkus
dengan harga Rp.5.000 . Total keseluruhan jika dijual Rp.25.000 . Dan
keuntungan yang didapatkan 4.500
4.
Teknik pemasaran :
ü Memiliki keunikan yang khas.
ü Menentukan segmentasi pasar.
ü Memperkenalkan merk.
ü Mencari reseller yang tepat.
ü Menitipkan ke toko-toko.
BAB III:
Penutup
A. Simpulan
Berdasarkan penjelasan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa budidaya tanaman pangan singkong (ubi kayu) merupakan budidaya tanaman yang praktis dan dapat dilakukan dihampir semua tempat. Lebih dari itu, singkong juga merupakan tanaman pangan alternatif pengganti beras. Selain sebagai sumber pangan alternatif, singkong juga merupakan tanaman pangan yang dapat dikelola dengan mudah dan dapat disesuaikan dengan selera. Atas dasar pertimbangan yang demikianlah, maka kami kemudian menyarankan beberapa hal terkait budidaya maupun pemanfaatan singkong. Beberapa hal tersebut diantaranya adalah:
1. Mengoptimalkan lahan pertanian yang ada, dengan menggunakan sistem tanam tumpang sari untuk menanam singkong sebagai pemasukan tambahan maupun bahan pangan cadangan ketika beras sulit didapatkan.
2. Mempromosikan singkong sebagai salah satu produk pertanian nasional yang dapat diolah menjadi berbagai macam bahan makanan. Lebih dari itu, singkong juga dapat dipromosikan sebagai budaya nasional sebagai identitas kota Salatiga, Provinsi Jawa Tengah.
3. Meluaskan jangkauan pasar ekspor singkong dalam rangka mendukung percepatan peningkatan kesejahteraan petani Indonesia. Dengan luasnya jangkauan singkong nasional, maka kesejahteraan petani dapat meningkat dengan cepat.
4. Melakukan subsidi pupuk, pelatihan budidaya, pelatihan pengolahan, dan berbagai fasilitas lainnya yang diperlukan dalam rangka mendukung optimalisasi budidaya dan pemanfaatan singkong nasional menuju pertanian yang BERDIKARI (Berdiri Diatas Kaki Sendiri).
B.
Saran
Karena
keterbatasan materi yang ada, penulis mengharapkan pembaca menambah pengetahuan
dengan membaca buku atau data lain yang lebih lengkap. Penulis sangat berharap
untuk kritikan yang membangun sebagai pembelajaran yang akan datang.
Catatan
Kaki:
[1] Salah satu latar
belakang, pemberian gelar negara maritim yang dimiliki untuk Indonesia adalah
karena dari 9 juta km² luas total wilayah Indonesia, 3 juta km² merupakan
wilayah laut kedaulatan dengan 3 juta km² perairan laut yang mengelilingi laut
kedaulatan sebagai sabuk selebar 200 mil (Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE). (Wahyono
S. K, Indonesia Negara Maritim, (Jakarta: Teraju, 2007), hal. 1.
[2] Negara agraris merupakan
sebutan bagi negara, yang sebagian besar penduduknya bekerja sebagai petani.
Dalam perspektif lain, negara agraris bagi Indonesia merupakan hasil daripada
doktrinasi yang ditanamkan oleh pemerintah
kolonial Belanda. Mereka menanamkan doktrinasi bahwa pertanian merupakan bagian
yang tidak terpisahkan dari sosial ekonomi masyarakat Indonesia.
(Lailatusysukriah, “Indonesia Dan Konsepsi Negara Agraris”, Jurnal Seuneubok
Lada Vol. 2 No. 1 (2015) : 5).
[3] bps.go.id
[4] Ibid
[5] Ibid
[6] Ibid
Komentar
Posting Komentar